Agama seringkali disalahgunakan untuk meraih kekuasaan dalam percaturan politik praktis. Dampak nyata dari penyalahgunaan agama dalam kampanye politik ialah konflik horisontal dan perpecahan bangsa.
Terkait hal itu, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin menjelaskan, konflik politik berbau agama bisa dihindari apabila dua syarat terpenuhi, yaitu seseorang berusaha mengerti agama dan paham wawasan kebangsaan.
Penjelaskan tersebut disampaikan Kiai Ishom saat mengisi materi dalam Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) II yang digelar Lakpesdam PBNU, Selasa (24/7) di Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya, Jakarta Barat.
“Di negara ini mau shalat sampai jidat hitam, bebas. Kalau politik kita bisa seperti itu, kita bebas dari konflik. Ada dua syarat, yaitu ngerti agama dan wawasan kebangsaan,” ujar Kiai Ishom.
Kiai muda kelahiran Lampung ini menukil Syekh Zakiya Malik yang mengatakan bahwa orang berilmu itu apabila ilmunya luas, maka dia menjadi manusia bijaksana dan sedikit mengingkari orang yang berbeda dengannya.
“Di tangan orang yang tidak bijak, persoalan khilafiyah jadi membesar,” jelasnya.
Dosen UIN Raden Intan Lampung ini menegaskan, kalau dua hal yaitu mengerti agama dan paham wawasan kebangsaan, insyaallah akan menjadi siyasah thoyyibah.
“Bukan politik yang penuh dengan kampanye-kampanye hitam,” tutur Kiai Ishom.
www.nu.or.id | Fathoni