Artikel lainnya

Jenazah Syekh Ali Jaber Tiba Di Rumah Duka

Ini Suasana Hati Nabi Ketika Ditinggalkan Kedua Orang Tuanya

Ia sudah bisa berjalan dan berbicara dengan baik. Terbersit dalam pikiran sang ibu keinginan untuk berziarah ke pusara ayah sang anak, dan paman-pamannya yang wafat dan dimakamkan di Madinah. Waktunya dirasa cukup untuk membawa Muhammad pergi jauh. 

Aminah ingin sekali menunjukkan kepada Abd Allah, suaminya, akan buah hati mereka berdua itu, meski tentu saja tidak mungkin, karena ayah anak itu telah lama pulang, saat janin Muhammad masih baru 2 bulan di perut ibu Aminah.

Andaikata suaminya masih ada, ia mungkin akan mengatakan kepadanya dengan bangga : “Sayangku, ini buah hati dan hasil cinta kasih kita berdua. Lihatlah anak kita ini. Betapa tampan, gagah, rendah hati”.

Ketika keinginan dan kerinduan itu begitu kuat, ia pun bertekad pergi ke Madinah dengan membawa serta anak yatim yang telah bisa berjalan dan berlari-lari. Dan dengan membawa bekal seadanya, mereka berdua berangkat, menempuh perjalanan sekitar 450 km, melintasi padang pasir dan gunung gemunung yang tandus. Mereka tiba di pusara ayah Muhammad dan suami sayyidah Aminah: Abdullah bin Abdul Muthallib.

Dalam perjalanan pulang dari ziarah itu, Aminah sakit dan tak lama kemudian wafat menyusul suaminya. Ia meninggal di Abwa, sebuah desa antara Makkah dan Madinah. Muhammad, anak laki-laki tampan itu kini kehilangan orang-orang yang menjadi penyangga hidup dan pelabuhan hatinya. Ia kini jadi yatim-piatu. Hati anak kecil ini tentu amat berduka atas kematian ibunya itu.

Ia sangat terpukul atas peristiwa itu. Kita tentu bisa mengerti dan tahu bagaimana perasaan sepi dan duka hatinya pada momen seperti itu.
Perpisahan dengan orang-orang tercinta selalu menitipkan sepi dan luka yang mendalam. Muhammad saw kehilangan tumpuan harapan, kasih sayang, kelembutan, dekapan hangat sang ibu. Ia tak akan lagi merasakan tangan lembut yang menyuapinya. Tak ada lagi senda-gurau yang mengembangkan bibir untuk tersenyum-senyum atau tawa lebar yang indah bersama seorang perempuan yang mengandung dan melahirkannya itu.

Kita semua dapat membayangkan atau merasakan betapa kebingungan, pilu dan sedihnya anak yang tak punya ibu, tak punya ayah, tak punya kekasih, tak punya dambaan kalbu, tak punya tempat mengadu, dan menumpahkan gelisah ketika hatinya luka atau terganggu. Tetapi Muhammad kecil itu menerima kehilangan orang yang sangat dicintainya dengan sangat sabar dan tabah.

bangkitmedia.com | KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon

Rasulullah Pun Bermaulid (dengan sumber rujukan)

Rasulullah Pun Bermaulid (dengan sumber rujukan)
Melalui ayat tersebut Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk bergembira dengan datangnya karunia Allah berupa Islam dan rahmat-Nya berupa Al-Quran. Perintah untuk bergembira tersebut dapat dimengerti sebab Islam adalah petunjuk yang menunjukkan manusia jalan yang benar, sedang Al-Qur'an adalah petunjuk yang mengajarkan manusia tentang kebenaran. Dengan keduanya manusia akan dapat meraih kebahagiaan yang paripurna yang tidak akan dicapai dengan mengumpulkan harta dunia seberapa pun banyaknya.

Sementara itu, Islam dan Al-Quran tidaklah hadir di muka bumi ini melainkan lewat lisan Baginda Rasulullah ﷺ. Karenanya, kegembiraan dengan kelahiran (maulid) Rasulullah ﷺ hakikatnya merupakan bagian dari kegembiraan atas datangnya Islam dan turunnya al-Qur'an. Bahkan, Imam Ibn Abbas radhiyallah 'anhu menjelaskan bahwa yang dimaksud 'rahmat' dalam ayat tersebut adalah Rasulullah ﷺ. Ini sebagaimana yang disebutkan pada ayat lain "Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS al-Anbiya [21]:107).

Imam Ibnu Katsir menafsiri, "Allah Ta'ala memberitahukan bahwasanya Dia mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai rahmat bagi seluruh alam dan nikmat bagi manusia, maka barangsiapa yang menerimanya dan mensyukurinya ia akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menolaknya serta mengingkarinya ia akan merugi di dunia dan akhirat". Dari sini jelas kiranya kenapa kemudian kelahiran Baginda Rasulullah ﷺ harus disyukuri, diperingati, dan dirayakan dengan sepenuh suka cita.

Pertama, apabila yang dimaksud dengan "memperingati" adalah memperingati secara mutlak, yakni tanpa membatasi bagaimana ekspresi peringatannya, maka Rasulullah ﷺ telah mempraktikannya. Beliau adalah orang pertama yang memperingati hari kelahirannya. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan kesunahan puasa hari senin beliau menjelaskan, "Hari itu adalah hari kelahiranku". Hadits tersebut menginformasikan bahwa Rasulullah ﷺ memperingati hari kelahirannya, yakni hari senin, dengan cara berpuasa.

Kemudian dalam hadits lain Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ suatu ketika mengunjungi Madinah dan menemukan orang-orang Yahudi sedang berpuasa di hari 'Asyura. Beliau ﷺ bertanya kepada mereka tentang puasa yang dilakukannya, mereka menjawab, "Ini adalah hari dimana Allah telah menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan Musa darinya, sebab itulah kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah.". Rasulullah ﷺ lalu berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa karena beliau dan umat Islam merasa lebih berhak untuk memperingatinya daripada orang-orang Yahudi.

Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani mengomentari hadits tersebut, "Dari hadits tadi dapat diambil kesimpulan bahwa diperbolehkan mengekspresikan rasa syukur kepada Allah pada hari tertentu yang di situ dilimpahkan nikmat atau diselamatkan dari mara bahaya, dan hal itu dilakukan pada setiap tahun bertepatan dengan hari tersebut. Adapun rasa syukur itu bisa diekspresikan dengan berbagai ibadah seperti sujud syukur, puasa, sedekah, atau membaca Al-Qur'an. Lalu adakah nikmat yang lebih agung dari kelahiran sang Nabi yang menjadi rahmat?".

Peringatan-peringatan di atas juga sejalan dengan firman Allah ﷻ., "Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah" (QS Ibrahim [14]:5). Maksud dari "hari-hari Allah" adalah peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di antara umat-umat terdahulu berupa nikmat dan siksaan yang dialami mereka. Dan tidak ada kesangsian bahwasanya kelahiran Rasulullah ﷺ adalah termasuk "hari-hari Allah" bahkan yang paling agung di antaranya sehingga peringatan atasnya adalah suatu ibadah yang utama.

Kedua, apabila yang dimaksud dengan "memperingati" adalah memperingati dalam rupa perayaan (ihtifal) tertentu sebagaimana yang dilakukan kebanyakan umat muslim sekarang dengan berkumpul membaca kisah hidup beliau, bersedekah, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan sebagainya, maka peringatan semacam itu merupakan hal baru (bid'ah) yang tidak dilakukan di masa Nabi ﷺ bahkan di masa generasi al-salaf al-shalih setelah beliau. Al-Hafizh Imam al-Sakhawi mengatakan, "Perayaan Maulid baru ada setelah kurun ketiga Hijriyah. Perayaan tersebut kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia dan kota-kota besar. Orang-orang bersedekah di malam harinya dengan berbagai macam jenis sedekah dan melakukan pembacaan Maulid Rasulullah ﷺ yang mulia. Saat itu, nampaklah bagi mereka karunia yang sempurna dan melimpah sebab berkahnya Maulid." Namun demikian, meski perayaan Maulid Nabi disebut sebagai bid'ah, ia masuk dalam kategori bid'ah yang baik (bid'ah hasanah) yang tentunya akan berpahala manakala dilakukan dengan niatan taqarrub. Perayaan Maulid dikategorikan sebagai bid'ah hasanah berdasarkan beberapa alasan berikut:

1. Maksud dari perayaan Maulid adalah mengingat kelahiran manusia termulia Baginda Rasulullah ﷺ, dan hal semacam itu telah dicontohkan sendiri oleh beliau ﷺ.

2. Rasulullah ﷺ adalah rahmat yang layak untuk disyukuri dan disambut dengan kegembiraan, sementara syariat tidak membatasi bagaimana ekspresi rasa syukur dan kegembiraan itu asalkan tidak menimbulkan kemungkaran dan kerusakan.

3. Allah ﷻ. memerintahkan umat Islam untuk mengingat hari-hari-Nya, dan menyelenggarakan perayaan (ihtifal) kelahiran Rasulullah ﷺ merupakan salah satu upaya untuk "mengingat" hari-hari-Nya.

4. Berkumpul membaca kisah kehidupan beliau yang mulia, bersedekah, berdzikir, membaca Al Qur'an, menyelenggarakan pengajian adalah hal baik dan mempunyai banyak sekali manfaat terlebih di zaman sekarang. Ada banyak sekali nushus al-syari'at yang menjelaskan tentang keutamaan bersedekah, berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan mengaji.

5. Perayaan Maulid tidak pernah dilakukan oleh al-salaf al-shalih sebab saat itu mereka disibukkan dengan urusan penguatan kaedah-kaedah agama dan rukun-rukunnya, perluasan wilayah Islam (ekspansi), dan menolak gangguan musuh-musuh Islam yang mencoba menghalang-halangi dakwah Islam sehingga tidak terlintas dalam pikiran mereka gagasan untuk merayakan Maulid.

Di akhir tulisan, penulis kutipkan syair dari al-Hafizh Imam Syamsudin al-Dimasyqi di dalam kitab Maurid al-Shadi fi Maulid al-Hadi tentang kisah Abu Lahab yang mendapatkan keringanan azab setiap hari senin disebabkan saat Rasulullah ﷺ lahir ia turut merasa gembira yang lalu diekspresikannya dengan memerdekakan seorang budak. Imam al-Dimasyqi bersenandung,

إذا كان كافرا جاء ذمه * وتبّت يداه في الجحيم مخلّدا
أتى أنه في يوم الإثنين دائما * يخفّف عنه للسرور بأحمد
فما ظنّ بالعبد الذي كان عمره * بأحمد مسرورا ومات موحّدا

Jika ia (Abu Lahab) seorang kafir yang layak dicela,
yang binasa kedua tangannya dan kekal di neraka Jahim,
setiap hari senin untuk selama-lamanya,
azabnya diringankan karena gembira dengan (kelahiran) Ahmad
Lalu bagaimana prasangkamu dengan seorang hamba yang sepanjang umurnya,
bergembira dengan (kelahiran) Ahmad ﷺ padahal ia mati dalam keadaan bertauhid (mukmin)?

Semoga kita semua diberi kesemangatan dalam bermaulid, dan semoga kita mendapat keberkahan di bulan Maulid yang mulia ini. Wallahu Ta'ala 'Ala wa A'lam.

www.nu.or.id | Muhammad Habib Mustofa, Ketua Rijalul Ansor PAC Losari Brebes & Dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Sumber rujukan :
Al-Bayan al-Qawim karya Syekh Ali Jumuah
Al-Ibda' fi Madhar al-Ibtida' karya Syekh Ali Mahfuzh
Al-Syari'ah wa al-Hayat, hasil wawancara dengan Syekh Wahbah al-Zuhaili
Haula al-Ihtifal karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
Muhammad Rasulullah shallallah a'laihi wa sallam karya Syekh Muhammad Ridha
Tafsir Al-Qur'an al-'Azhim karya Imam Ibnu Katsir
Tafsir Jami' al-Bayan karya Imam al-Thabari

Puncak Agama Islam adalah Kemanusiaan

Puncak Agama Islam adalah Kemanusiaan
"Yang paling penting lagi yang dibawa Nabi Muhammad adalah peradaban, budaya, kemajuan. Puncaknya adalah kemanusiaan," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat memberikan taushiyah pada Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurul Irfan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta, Jumat (16/11).

Mengutip Al-Qur’an Surat al-Jumu’ah ayat 2, Kiai Said menjelaskan bahwa Allah mengutus putra Sayid Abdullah itu di negeri yang bangsanya masih ummi,  yakni buta huruf, jahiliyah, terbelakang, dan primitif. Dilihat dari berbagai aspeknya, masyarakat Arab saat itu masih sangat ummi, baik dari sisi pendidikan, agama, moral, hingga budayanya.

Langkah pertama Nabi, melihat fenomena itu, katanya berdasar ayat tersebut, adalah yatlu alaihim ayatih, menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka. Artinya, lanjut Kiai Said, dalam membangun umat itu dibutuhkan kecerdasan dan kepandaian dalam membaca. Bukan hanya teks, tetapi juga membaca hal yang tersirat.

Kiai Said menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi tidak mengikuti kelas pendidikan, seperti sekolah ataupun mengaji. Bahkan sejak dalam kandungan, ia sudah ditinggal ayahnya, dan saat berusia enam tahun ibunya pun telah tiada. Kakek yang mengurusinya juga meninggal tiga tahun setelahnya.

“Tapi tiba-tiba membawa ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat menakjubkan, baik secara redaksi yang dikagumi oleh para sastrawan dan pujangga, dan secara konten, isi dari Qur’an tersebut juga menakjubkan,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, itu.

Lebih lanjut, Kiai Said mengungkapkan bahwa Nabi dididik langsung oleh Allah SWT. “addabani Rabbi, faahsana ta’dibi. Yang mendidik saya, yang membentuk kepribadian saya Tuhan, Allah. Bukan ayah, bukan ibu, bukan dosen, bukan guru, bukan guru besar,” katanya pada acara yang bertema Meneladani Rasul, Menebar Damai, Memperkokoh NKRI itu.

Sebab, jika dididik oleh selain Allah, mereka itu tidak sempurna. Maka Allah sendiri yang langsung mendidiknya, katanya. “Maka Allah membentuk kepribadianku dengan sangat ideal,” lanjutnya.

Kiai Said juga menerangkan bahwa belajar Al-Qur’an harus dari guru yang benar-benar memahaminya. Jika tidak, menurutnya, sangatlah berbahaya. Misal, ia menyebutkan adanya ayat Al-Qur’an yang membahas peperangan. Tetapi, menurutnya, lebih banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang akhlak yang mulia, ayat tentang muamalah, dan ayat bergaul satu sama lain.

www.nu.or.id | Syakir NF-Abdullah Alawi

Keputusan Pendiri PAN Abdillah Toha Hijrah ke Jokowi

Keputusan Pendiri PAN Abdillah Toha Hijrah ke Jokowi
Salah satu pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Abdillah Toha, mengaku telah mengambil dua keputusan krusial di tahun politik ini. Keputusan tersebut berdasar pemaparan dari mantan Ketua MK Mahfud MD dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (14/8).

Lalu apa saja keputusan krusial dari Abdillah Toha itu? Pertama, ia mengaku akan tetap memilih Jokowi untuk Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 ke depan. Memilih Jokowi ketimbang Prabowo Subianto adalah keputusan guna menjaga bangsa ini dari tirani.

“Pada Pemilu Presiden, saya akan tetap memilih Jokowi. Karena alternatifnya negeri ini akan jatuh ke tangan kroni-kroni orde baru. Mereka bukan saja korup dan menggerogoti kekayaan bangsa, tapi juga tiranikal,” ungkap pemerhati politik yang juga merupakan pendiri grup penerbit Mizan ini.

Keputusan kedua, yakni akan memilih calon-calon anggota legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2019. Ia berharap PSI benar-benar membawa pembaruan, tidak mengikuti jejak partai-partai pendahulunya yang sudah karatan, demi Indonesia dan demokrasi yang lebih baik.

“Pada Pemilu Legislatif, saya tidak akan memilih satupun partai lama yang sudah berkarat, tetapi memilih partai baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dengan harapan PSI akan konsisten bersih dan perjuangkan demokrasi dan nasib rakyat,” lanjutnya.

Respons Warganet
Ratusan warganet pun merespons positif. Ada yang kembali menegaskan pernyataan Abdillah Toha bahwa rakyat Indonesia memang harus wajib memilih partai baru di mana Jokowi tetap sebagai presiden pilihannya. Ada pula yang menilai bahwa pilihan atas Jokowi adalah pilihan akal sehat.

“Tetap Jokowi. Akal rasional saya belum bisa menerima ikon Orde Baru dan partai-partai yang memakai politisasi agama, SARA, transaksional menjadi penguasa di negeri ini. Terlalu berharga negeri diserahkan kepada mereka,” kicau warganet.

“Kami juga pasti memilih kembali Presiden RI Jokowi dengan alasan: Jokowi bekerja dengan tulus dari hati dan pikiran guna membangun kehidupan rakyat dan negara Indonesia sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Sudah ada bukti awal yang dilakukan Jokowi, yakni pembangunan merata di NKRI,” tambah yang lain.


Membubarkan HTI Secara Bermartabat

Membubarkan HTI Secara Bermartabat
Rumadi Ahmad, Ketua Lakpesdam PBNU

Saya menghargai sikap politik yang diambil pemerintah RI, melalui Menkopolhukam Wiranto yang berani mengambil sikap tegas terhadap HTI. Pernyataan Wiranto tentang pembubaran HTI masih sebagai sikap politik, bukan hukum. Karena itu secara hukum HTI belum bubar.

Saya menghargai keberanian pemerintah karena sikap ini menunjukkan potitioning yang jelas dalam menjaga ideologi negara, Pancasila. Sudah sejak zaman SBY aspirasi untuk membubarkan HTI yang membawa ideologi khilafah menggema, tapi kala itu pemerintah tidak melakukan tindakan apapun. Sekarang ini, ancaman HTI sudah semakin nyata. Banyak lembaga negara yg mulai disusupi HTI. Bahkan, kabarnya ada anggota TNI dan Polri yg mulai masuk angin ideologi politik HTI. Pensiunan TNI sudah ada yg nyata-nyata mendukung ideologi politik HTI.

Kalau pemerintah serius membubarkan HTI, tidak bisa berhenti hanya dalam sikap politik. Harus diikuti dengan langkah hukum agar pembubaran HTI dilakukan secara bermartabat. Dalam kaitan ini, beberapa hal penting mendapat perhatian:

1. HTI harus dilihat sebagai gerakan politik, bukan gerakan keagamaan. Agama hanya dijadikan sebagai cover gerakan politik yang mereka lakukan. Pemerintah sudah bersikap tepat yang meletakkan HTI sebagai gerakan politik. Karena itu, tidak beralasan jika ada yang menganggap sikap politik pemerintah ini dianggap sebagai sikap anti Islam.

2. Pembuabaran organisasi bukan sesuatu yang diharamkan dalam negara demokrasi, asal dilakukan dalam substansi dan prosedur yang dibenarkan hukum. Membubarkan organisasi tidak bisa disamakan dengan pembatasan berpikir dan berkeyakinan. Berpikir dan berkeyakinan memang tidak bisa dibatasi, tapi berorganisasi untuk memperjuangkan pikiran dan keyakinan bisa dibatasi.

3. Meski pembubaran organisasi bisa saja dilakukan, namun tidak dibenarkan dilakukan secara sewenang-wenang. Karena itu, prosedur yang diatur dalam UU Ormas harus diikuti. Surat peringatan dan pengajuan ke pengadilan harus dilakukan. HTI juga diberi hak untuk membela diri. Meskipun ideologi politik HTI tidak mengakui sistem hukum yang berlaku di Indonesia, tapi mereka tetap harus diberi kesempatan membela diri dalam sistem hukum di Indonesia.

4. Meskipun pemerintah sudah menyampaikan sikap poltiik –dan akan diikuti langkah hukum– pemerintah tetap harus menjamin keselamatan dan keamanan pengikut HTI. Tidak boleh ada tindakan dari siapapun untuk melakukan kekerasan atau merusak properti yang dimiliki HTI. Jangan sampai sikap terhadap pengikut Ahmadiyah dan Syiah yang pengikutnya terintimidasi –bahkan dibunuh– terulang dalam kasus HTI.

Hanya dengan cara seperti itu pembubaran HTI bisa bermartabat.

Ciputat, 8 Mei 2017

bangkitmedia.com

Gus Ulil : Alasan Toleransi Jadi Pondasi NU

Gus Ulil : Alasan Toleransi Jadi Pondasi NU
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari meletakkan toleransi (tasamuh) sebagai salah satu pondasi organiasasi Nahdlatul Ulama. Hal ini terjadi karena Rais Akbar NU ini mengikuti madzab Asy'ariyah.

"Ya karena beliau mengikuti Asy'ariyah," kata Ulil Abshar Abdalla cendekiawan NU kepada NU Online di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta, Jumat (16/11).

Gus Ulil, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Syekh Abu al-Hasan al-Asy'ari mengambil jalan tengah, tidak ekstrem kanan ataupun kiri. Sebab saat itu ceritanya, ada dua faksi politik yang bertengkar hebat, yakni kelompok yang pro dan anti terhadap pemerintah.

"Dari awalnya, memang akidah ini dari dulu, cetakannya ini, templatenya itu dari dulu ini aqidah yang muncul karena ingin mencari jalan tengah," ujarnya.

Kedua kubu ini lanjutnya, menjadikan agama sebagai alat. Akidah Asy'ariyah dari awal niatnya mau menghindar dari konflik politik tersebut. Asy'ariyah enggan mendukung tawaran politis dan teologis yang ekstrem. "Watak akidah Asy'ariyah mengambil jalan tengah karenanya cenderung toleran," terang pengajar pascasarjana Unusia Jakarta itu.

Mbah Hasyim, lanjut Gus Ulil, mengikuti tradisi yang sudah berabad-abad ini. Bahkan semua kiai di Jawa menurutnya, berlaku serupa. Tak hanya di Jawa, seluruh ulama Sunni yang demikian bisa dijumpai di seluruh dunia Islam mengingat cetakannya serupa.

"Cetakan yang toleran dalam pengertian tidak mau terjebak dalam pendekatan ekstrem," jelasnya.

Sebab, Islam berpengalaman bahwa pendekatan ekstrem berlebihan dapat mengacaukan masyarakat sehingga menimbulkan instabilitas. Teologi Asy'ariyah, katanya, tidak suka dengan instabilitas dan menimbulkan huru-hara.

"Karena itu akidah asy'ariyah ini dikritik oleh sebagian orang sebagai akidah yang terlalu adem ayem, tidak suka dengan pemberontakan yang bersifat dinamis penuh dengan gelora gerakan," ceritanya.

Melihat hal itu, Gus Dur pernah membawa ide dinamisasi Aswaja. Menurutnya, Gus Dur melihat perlu ada dinamika, tetapi yang tidak ekstrem seperti ISIS ataupun HTI.

www.nu.or.id | Syakir NF - Muiz

Arsul Sani Bakal Laporkan PPP Versi Muktamar Jakarta ke Polisi

Arsul Sani Bakal Laporkan PPP Versi Muktamar Jakarta ke Polisi
Arsul mengatakan PPP versi Muktamar Jakarta bakal diadukan ke pihak berwajib atas dugaan melakukan kegiatan ilegal, memalsukan kop surat, alamat kantor, stempel partai, menipu instansi kepolisian dan masyarakat lantaran mengatasnamakan  PPP.  "Ya kami (laporkan) segera begitu mereka selesai bermukernas illegal," ujar Arsul Sani saat dihubungi Tempo, Kamis, 15, November 2018.

PPP Muktamar Jakarta menggelar Mukernas III di Gedung Galery Jalan Talang Nomor 3 Menteng, Jakarta Pusat pada 15-16 November 2018.  Arsul mengklaim sebelumnya sudah mengingatkan mereka untuk membatalkan mukernas. Namun, PPP versi Muktamar Jakarta yang dulu dipimpin Djan Faridz itu menganggap sepi protes Arsul. Mereka juga tak perduli meskipun diancam bakal diadukan ke polisi.

PPP mulai retak sejak empat tahun lalu ketika Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Umum PPP saat itu, Suryadharma Ali, sebagai tersangka korupsi penyelanggaraan ibadah haji. Pengurus pusat yang diinisiasi Sekretaris Jenderal Romahurmuziy alias Rommy memecat Suryadharma. Sebaliknya, Suryadharma ganti memecat Rommy.

Kubu Rommy menggelar muktamar di Surabaya dan memilih dia sebagai ketua umum. Adapun kubu Suryadharma menggelar muktamar di Jakarta dengan memilih Djan Faridz sebagai ketua umum. Meski telah menempuh jalur hukum, dua kubu  mengklaim sebagai pengurus yang sah.

Sekretaris Jenderal PPP Muktamar Jakarta Sudarto tak khawatir meski PPP kubu Romahurmuziy melaporkan kegiatan mukernas ke polisi . "Kita sudah biasa menghadapi ancam-mengancam mereka 4 tahun dan kita tetap berjalan dan solid. Jadi, dipidanakan saja. Kalau mau lapor, lapor saja," ujar Sudarto di sela-sela acara Mukernas Kamis siang.

tempo.co | Dewi Nurita - Kukuh S. Wibowo