"Yang paling penting lagi yang dibawa Nabi Muhammad adalah peradaban, budaya, kemajuan. Puncaknya adalah kemanusiaan," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat memberikan taushiyah pada Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurul Irfan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta, Jumat (16/11).
Mengutip Al-Qur’an Surat al-Jumu’ah ayat 2, Kiai Said menjelaskan bahwa Allah mengutus putra Sayid Abdullah itu di negeri yang bangsanya masih ummi, yakni buta huruf, jahiliyah, terbelakang, dan primitif. Dilihat dari berbagai aspeknya, masyarakat Arab saat itu masih sangat ummi, baik dari sisi pendidikan, agama, moral, hingga budayanya.
Langkah pertama Nabi, melihat fenomena itu, katanya berdasar ayat tersebut, adalah yatlu alaihim ayatih, menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka. Artinya, lanjut Kiai Said, dalam membangun umat itu dibutuhkan kecerdasan dan kepandaian dalam membaca. Bukan hanya teks, tetapi juga membaca hal yang tersirat.
Kiai Said menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi tidak mengikuti kelas pendidikan, seperti sekolah ataupun mengaji. Bahkan sejak dalam kandungan, ia sudah ditinggal ayahnya, dan saat berusia enam tahun ibunya pun telah tiada. Kakek yang mengurusinya juga meninggal tiga tahun setelahnya.
“Tapi tiba-tiba membawa ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat menakjubkan, baik secara redaksi yang dikagumi oleh para sastrawan dan pujangga, dan secara konten, isi dari Qur’an tersebut juga menakjubkan,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, itu.
Lebih lanjut, Kiai Said mengungkapkan bahwa Nabi dididik langsung oleh Allah SWT. “addabani Rabbi, faahsana ta’dibi. Yang mendidik saya, yang membentuk kepribadian saya Tuhan, Allah. Bukan ayah, bukan ibu, bukan dosen, bukan guru, bukan guru besar,” katanya pada acara yang bertema Meneladani Rasul, Menebar Damai, Memperkokoh NKRI itu.
Sebab, jika dididik oleh selain Allah, mereka itu tidak sempurna. Maka Allah sendiri yang langsung mendidiknya, katanya. “Maka Allah membentuk kepribadianku dengan sangat ideal,” lanjutnya.
Kiai Said juga menerangkan bahwa belajar Al-Qur’an harus dari guru yang benar-benar memahaminya. Jika tidak, menurutnya, sangatlah berbahaya. Misal, ia menyebutkan adanya ayat Al-Qur’an yang membahas peperangan. Tetapi, menurutnya, lebih banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang akhlak yang mulia, ayat tentang muamalah, dan ayat bergaul satu sama lain.
www.nu.or.id | Syakir NF-Abdullah Alawi