Islam itu bukan hanya aqidah, tapi juga akhlaq & muamalah. Saat ini banyak yang tahunya hanya aqidah, akhirnya kosa katanya minim, “kafir dan sesat”
Dulu di madrasah ada pelajaran "Aqidah-Akhlaq" ini karena para guru sadar bahwa belajar aqidah harus dibarengi dengan belajar akhlaq. Jangan dipisah.
Soal muamalah (interaksi sosial) juga dipelajari dengan detil di madrasah atau pesantren. Makanya para santri dan kiai bisa memilah persoalan.
Ada persoalan yang masuk bab muamalah, ada yg masuk bab akhlaq, dan ada yang bab aqidah. Kalau semua masuk bab aqidah, bisa berabe urusannya.
Berbuat baik pada tetangga itu bukan masuk bab aqidah, jadi mau tetangga kita muslim atau yahudi, kita tetap berbuat baik.
Menjenguk dan mendoakan kolega yang sakit, itu bukan bab aqidah, sehingga kalau ada muslim atau non-muslim yang sakit, tetap kita datang menjenguk.
Saat ini banyak sekali yang takut tergelincir aqidahnya hanya karena ber-muamalah dengan non Muslim. Ini orang yang tidak paham bagaimana memilah persoalan.
Ada lagi yang semangat membahas aqidah tanpa berdasarkan akhlaq. Akhirnya ngomel dan curiga terus kepada mereka yang berbeda keyakinan.
Ada yang curiga dapat kiriman makanan dari tetangganya yang non-muslim. “Maksudnya apa nih? Kristenisasi?” Bukannya membalas dengan mengirim makanan lagi.
Dalam benak mereka, semua non-muslim itu seolah anti Islam dan akan membawa mereka jadi murtad. Doktrin ini yang ditanamkan.
Nah, kuncinya mari kita belajar untuk saling menghargai. NKRI mesti dibersihkan dari virus kebencian dan kecurigaan sesama anak bangsa.
Untuk yang Muslim, mari belajar lagi bahwa Islam itu komplit, bukan cuma soal aqidah, tapi belajar juga soal akhlaq dan muamalah, juga yang lainnya.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA, PhD adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang menjadi dosen tetap di fakultas hukum di universitas di Australia.