Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan kembali bahwa dalam berpolitik, terutama berpolitik praktik untuk meraih kekuasaan jangan memakai istilah-istilah keagamaan, bahkan mendompleng segala bentuk peribadatan untuk kampanye.
Terlebih saat ini sedang berlangsungnya kampanye pilkada serentak di berbagai daerah. Penegasan ini diungkapkan oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di kantornya, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (8/6).
"Dari dulu NU paling menolak, paling benci agama dijadikan alat politik," kata Said Aqil.
Menurutnya, agama itu murni dan mulia dengan nilai-nilai ketuhanan yang suci. "Agama itu murni, agama itu mulia, agama itu suci nilai-nilai ilahiah, nilai-nilai Tuhan jangan untuk kepentingan sesaat," tegas Said Aqil.
Salah satu contohnya yang diungkapkan oleh Said Aqil ibadah shalat atau pun pemberian zakat selalu ditonjolkan dalam setiap kampanye kepala daerah. Hal ini kata Said Aqil merupakan penggunaan agama dalam politik praktis.
-----
PBNU Tolak Koalisi Keumatan
Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) menyerukan koalisi keumatan sesuai pesan imam besar FPI Rizieq Syihab. Koalisi ini rencananya akan mengusung Prabowo sebagai capres, dengan dukungan Gerindra, PKS, PAN, dan PBB.
Namun soal koalisi keumatan itu menuai kritik dari Ketum PBNU Said Aqil.
"Umat kok koalisi. Umat tuh enggak koalisi," kata Said di PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Jumat (8/6).
Said yang juga pengurus BPIP ini tak sepakat dengan koalisi keumatan.
Selain itu juga Said mengkritik para calon kepala daerah yang mendompleng pembagian zakat untuk meraup simpati.
"Dari dulu NU paling menolak, paling benci agama dijadikan alat politik. Agama itu murni agama, itu mulia. Agama itu suci nilai-nilai ilahiyah, nilai-nilai Tuhan, jangan untuk kepentingan sesaat. Salat untuk politik juga puasa politik," tutup dia.
kumparan.com