Menelusuri Lima Kota Besar di Jalur Sutra

Jalur Sutra menjadi nama jalur perdagangan yang amat ramai pada masa lalu. Jalur yang menghubungkan Timur dan Barat dunia ini baru disebut "Jalur Sutra" (The Silk Road) setelah seorang Jerman bernama Von Richthofen menyebutnya pada abad ke-18 Masehi. Namun, sebetulnya, Jalur Sutra tersebut telah eksis jauh sebelum penyebutan namanya.

Menelusuri Lima Kota Besar di Jalur Sutra
Jalur Sutra menjadi nama jalur perdagangan yang amat ramai pada masa lalu. Jalur yang menghubungkan Timur dan Barat dunia ini baru disebut "Jalur Sutra" (The Silk Road) setelah seorang Jerman bernama Von Richthofen menyebutnya pada abad ke-18 Masehi. Namun, sebetulnya, Jalur Sutra tersebut telah eksis jauh sebelum penyebutan namanya.

Disebut Jalur Sutra karena sutra yang menjadi komoditas utama di jalur perdagangan ini. Selain sutra, diperdagangkan pula rempah-rempah, wewangian, dan komoditas berharga lainnya.

Menurut Frances Wood dalam The Silk Road: Two Thousand Years in the Heart of Asia, Jalur Sutra sebetulnya telah dibuka secara resmi pada abad ke-3 Sebelum Masehi (SM). Saat itu, Cina yang dipimpin Dinasti Han mengirim banyak utusan ke negara-negara Asia dan Timur Tengah. Sebetulnya, jalur itu telah ada jauh sebelum utusan itu dikirim. Adanya Jalur Sutra kuno ini terbukti dengan penemuan-penemuan arkeologi, di antaranya penggunaan sutra oleh raja-raja Mesir pada masa Dinasti Ptolomeik (sekitar abad ketiga), termasuk Cleopatra.

Kemudian pada abad ke-4 SM, orang-orang Roma dan Yunani telah membicarakan mengenai Seres, Kerajaan Sutra. Wood menyebutkan, dalam rentang satu dasawarsa sutra Cina menjadi pakaian elite Roma. Harganya sangat mahal. Sepotong sutra dihargai 3.000 denaari, yakni gaji setahun prajurit Romawi. Bahkan disebutkan, impor sutra telah mengguncang perekonomian Roma.

Adapun trek Jalur Sutra, menurut Wood, memiliki banyak cabang. Secara garis besar, ada tiga cabang, yakni utara, tengah, dan selatan. Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa hingga Laut Mati. Jalur ini melalui Urumqi dan Lembah Fergana. Adapun jalur tengah menghubungkan Cina dengan Eropa hingga tepian Laut Meditrerania, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgarm menuju Persia. Sedangkan, jalur selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran, dan India, melalui Dun-huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir.

Di rentang kawasan yang panjang itu, terdapat sejumlah kota besar yang biasa disinggahi para saudagar. Kota-kota itu adalah:

Chang'an (Xi'an)
Chang'an merupakan ibu kota dari kekaisaran kuno yang menjadi titik pertama Jalur Sutra. Dari Chang'an ini, Cina pada masa Dinasti Han merambah Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Mediterania.

Puncak kejayaan Kota Chang'an terjadi pada masa Dinasti Tang (618-904 M). Kala itu Chang'an menjadi kota paling berbudaya di dunia. Masa kejayaan Kota Chang'an dibuktikan dengan adanya Museum Pasar Barat  Dinasti Tang yang berusia seribu tahun. Ini merupakan situs asli pasar di masa itu.

Pasar barat Chang'an juga menjadi pusat bertemunya pedagang Cina dengan pedagang Asia Tengah. Tokoh yang terkenal di era ini adalah Sogdina. Dia merupakan pedagang asal Asia Tengah yang berperan penting dalam transportasi dan perdagangan ke Cina. 

Sebagai pusat perdagangan, Chang'an menjadi tempat pertemuan dari beragam etnis dan agama. Keberadaan Islam di kota ini tampak dari adanya Masjid Agung Chang'an yang dibangun pada tahun 742 M. Berdiri sejak masa Dinasti Han, masjid ini seakan 'mati' pada masa Dinasti Tang karena kuatnya pengaruh agama Buddha pada masa itu. Namun, Masjid Agung Chang'an kembali hidup ketika Dinasti Ming memimpin Cina. Kala itu, masjid sempat dipugar. Sejarah mencatat, pedagang Muslim tiba di Cina melalui pelabuhan di Pantai Cina Selatan dan dari Asia Tengah.


 
Samarkand
Samarkand merupakan kota rupawan di jantung Asia Tengah. Kota ini menjadi bagian terpenting bagi keberadaan jalur perdagangan sutra.

Samarkand dikenal sebagai Kota Perdagangan, khususnya produk kerajinan dan pusat studi ilmiah. Sejak Dinasti Han, pedagang Samarkand sudah menjelajah berbagai sudut Cina untuk menjual logam mulia, rempah-rempah, dan kain.

Ketika Uzbekistan dipimpin oleh Tamerlane, Samarkand menjadi kota besar, bahkan menjadi ibu kota pada akhir abad ke-14. Selain Tamerlane, pemimpin yang terkenal dari Samarkand adalah Ulugh Beg.

Tamerlane dikenal sebagai pemimpin yang mampu membangun gedung-gedung tinggi dan megah. Dia juga membangun pertokoan untuk para pedagang sehingga perekonomian dan perdagangan Uzbekistan semakin maju dan menjadi pusat ekonomi dunia.

Tamerlane juga membangun Masjid Bibi Khanum. Masjid ini berada di Samarkand, dibangun antara tahun 1399-1404. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan bagi istri Tamerlane yang telah wafat. Secara arsitektur, masjid ini menampilkan ciri khas bangunan pada masa itu, yakni adanya ubin yang melapis bagian dinding eksteriornya.

Ulugh Beg, cucu Tamerlane, merupakan seorang ilmuwan besar. Dia mampu mengembangkan Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada 1424, dia membangun observatorium besar sehingga Samarkand menjadi salah satu pusat peradaban Islam.

Aleppo
Aleppo membentang di antara Mediterania Timur dan Lembah Eufrat. Sejak 2 SM, Aleppo telah berada di jalur utama perdagangan sutra. Sejarah juga mencatat, Aleppo merupakan kota berpenghuni paling tua di dunia.

Banyak peninggalan bersejarah yang dapat ditemukan di Aleppo. Peninggalan ini merupakan bukti adanya interaksi sosial, budaya, dan ekonomi selama abad ke-12 hingga ke-15.

Pada masa kejayaan Jalur Sutra, Aleppo dikenal sebagai kota yang memiliki banyak bangunan megah seperti benteng dan masjid. Salah satunya adalah benteng yang dibangun di atas bukit. Ada pula masjid agung yang dibangun pada abad ke-9 oleh Bani Umayyah dan sempat beberapa kali dipugar.

Peninggalan bersejarah lainnya di kota ini adalah The Bazar. Ini adalah kawasan perdagangan yang membentang sepanjang 13 kilometer. Selama ratusan tahun, kehidupan ekonomi dan sosial Aleppo berpusat di kawasan ini.

Tak hanya sebagai pusat perdagangan, Aleppo juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Banyak sarjana, ilmuwan, dan penyair yang berasal dari kota ini. Ilmuwan Muslim terkemuka yang lahir dan tumbuh di Aleppo antara lain al-Farabi, al-Qifti, Youssef al-Sibti, al-Mutanabi, dan al-Hamadani.

Mosul
Mosul merupakan kota industri dan perdagangan yang berada di Irak Utara. Ketik Jalur Sutra masih berdenyut, Mosul mengalami perkembangan pesat sebagai kota perdagangan, industri, dan komunikasi.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, Mosul menjadi pusat ekonomi Jalur Sutra. Kala itu, para saudagar Mosul telah mengembangkan teknik yang canggih untuk seni dan barang tekstil.

Mosul juga dikenal dengan logam dan beragam gaya lukisan. Mosul juga memproduksi minyak mentah yang kini menjadi sumber minyak bagi Irak.

Selain sebagai kota industri, Mosul juga dikenal sebagai kota Ilmuwan. Filsuf Bakr Kasim al-Mawsili yang kondang dengan tulisannya Fi al-Nafs berasal dari kota ini. Begitu pula astronom dari abad ke-10, al-Qabisi. Ahli pengobatan modern sekaligus oftalmologis Ammar al-Mawsili pun lahir di Mosul.

Merv
Kota ini berada di Asia Tengah, tepatnya Turkmenistan. Pada awal masa kejayaan Islam, Merv merupakan ibu kota Provinsi Khorasan dan menjadi kota terbesar di dunia pada abad ke-12.

Merv merupakan pusat perdagangan emas, produk tenun, tekstil, dan tembikar. Adapun produk tekstil paling kondang dari kota ini adalah sutra. Kala itu, Merv mampu memproduksi sutra dalam jumlah berlimpah sehingga kota ini mengekspornya ke berbagai negara.

Merv juga menjadi pusat administrasi dan pusat dakwah. Banyak masjid, madrasah, istana, dan bangunan bersejarah berada di kota itu.

Sejumlah ilmuwan yang lahir di kota ini. Setidaknya, ada tiga ahli matematika dan astronomi terkemuka yang berasal dari Merv.