Pengakuan Jamaah Indonesia: Kenapa Kami Harus Berbelok?

Akses jamaah Indonesia ke Jamarat melalui Jalan King Fahd sempat ditutup pada Kamis (24/9) pagi. Jamaah yang berhasil melintas ke akses untuk jamaah asal Asia ke Jamarat mengatakan, tidak mengetahui alasan penutupan.

Jamaah Indonesia: Kenapa Kami Diminta Berbelok?
Akses jamaah Indonesia ke Jamarat melalui Jalan King Fahd sempat ditutup pada Kamis (24/9) pagi. Jamaah yang berhasil melintas ke akses untuk jamaah asal Asia ke Jamarat mengatakan, tidak mengetahui alasan penutupan. (Baca: Pemerintah Selidiki Alasan Askar Belokkan Jemaah Indonesia)

"Jalan kosong. Saya juga sempat heran kenapa jalan kosong kok ditutup? Kenapa kami diminta berbelok?" kata jamaah Kloter JKS 61 Roni ‎Herdianto (34 tahun), Jumat (25/9) malam waktu setempat. Bahkan, Roni sempat foto-foto dan beristirahat menuju Jamarat.


Roni menjelaskan, dia bisa langsung mengakses Jamarat sesuai jalur yang tertera pada peta dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Jalur itu juga sesuai yang disurvei oleh jamaah sebelum rangkaian ibadah di Mina.

Setelah melakukan lontar jumrah, jamaah langsung menuju Masjidil Haram untuk menuntaskan rukun haji, yaitu tawaf ifadah dan sa'i. "Kami baru tahu ada kejadian dari orang tua di Tanah Air yang menelepon," ujar Roni.

Jamaah asal Purwakarta, Jawa Barat itu menjelaskan, ada delapan rombongan yang tergabung dalam Kloter JKS 61. Setiap rombongan beranggotakan 45 orang. Delapan rombongan ini berangkat dalam tiga gelombang.

"Ada tiga gelombang yang berangkat. Yang tidak sarapan, yang sarapan, dan yang sarapannya terlambat. Yang berbelok itu yang sarapan," kata Roni.

Roni menjelaskan, tiga rombongan berangkat pertama, disusul tiga rombongan, dan terakhir dua rombongan. "Yang banyak menjadi korban itu rombongan 4, 6, dan 9," ujar dia.

Dia menuturkan, tiga rombongan pertama berangkat lebih dulu karena membawa jamaah uzur dan menggunakan kursi roda. Dua rombongan dapat melintas dengan mudah di Jalan King Fahd. Rombongan terakhir sempat terhalang melewati akses untuk jamaah asal Asia tersebut.

Askar, kata Roni, meminta rombongan berbelok ke kiri, yaitu melintasi Jalan 223 yang menjadi penghubung Jalan King Fahd dan Jalan 204. Ketika itu, dia sempat hendak berbelok. Namun, dia urung melanjutkan perjalanan melalui Jalan 223 karena sudah terlalu padat.

Roni pun ngotot melintas di Jalan King Fahd dengan alasan membawa jamaah yang sudah uzur dan menggunakan kursi roda. "Akhirnya, dua orang askar mengizinkan. Setelah kami lewat, jalannya ditutup pagar pembatas," kata dia.

Akses yang ditutup membuat tiga rombongan dalam gelombang kedua tidak bisa lagi melintas di Jalan King Fahd. Mereka harus berjalan kaki melintasi Jalan 223 lalu Jalan 204. "Kalau yang terjadi di jalan itu, saya sama sekali tidak tahu. Yang saya tahu jalan yang lurus (Jalan King Fahd) itu lancar," ujar dia.


Jalan 204 merupakan lokasi kejadian jamaah terhimpit dan berdesak-desakan. Sebagian dari mereka terinjak-injak, sebagian lainnya terkena sengatan matahari dan dehidrasi. Akibatnya, 717 jamaah meninggal dunia dan 853 mengalami luka.

PPIH Arab Saudi telah mengonfirmasi tiga korban berasal dari Indonesia. Enam jamaah Indonesia juga mengalami luka dan masih dirawat di rumah sakit di Mina dan Makkah. Hingga kini, PPIH Arab Saudi masih melakukan penyisiran di rumah sakit milik pemerintah setempat dan pemulasaran jenazah di Al Muaisim.

Sebanyak 192 jamaah asal Kloter JKS 61 sempat dilaporkan belum kembali ke tenda di Mina pascakejadian Kamis (24/9). Hingga Jumat malam, sebagian besar yang dilaporkan hilang sudah kembali.

"Ada 55 yang belum pulang, 11 dikabarkan meninggal," ujar Kepala Kloter JKS 61 Aceng Sukendar.

republika.co.id