Masjid Al Jum’ah, Dibangun dari Pecahan Bebatuan

Masjid Al Jum’ah, dibangun dari pecahan bebatuanAwal dibangunnya masjid ini menggunakan pecahan bebatuan. Bangunan masjid ini kecil, bahkan tidak mampu menampung lebih dari 70 jamaah.

Masjid Al Jumu’ah
Masjid Al Jum’ah, dibangun dari pecahan bebatuan
Awal dibangunnya masjid ini menggunakan pecahan bebatuan. Bangunan masjid ini kecil, bahkan tidak mampu menampung lebih dari 70 jamaah.


Dibangun masjid ini di saat pertama Rasulullah melakukan shalat Jum’at di sana. Ketika Rasulullah tiba di Quba’ pada 4 Muharram 1 Hijriyah (16 Juli 622 M), beliau tinggal disana kurang lebih hingga Jum’at. Pada saat beliau melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib/Madinah, waktu shalat Jum’at telah masuk, maka beliau mengerjakan shalat di tempat tersebut.

Pembangunan Masjid Al-Jum’ah ini diulang beberapa kali hingga tahun 1409 H. Raja Fahd bin Abdul Aziz memerintahkan perombakan dan perluasan kemudian melengkapinya dengan beberapa fasilitas pendukung, seperti asrama untuk imam dan muadzin, perpustakaan, madrasah menghafal Alquran, mushala untuk wanita, tempat wudhu, dan toilet.

Saat ini Masjid Al-Jum’ah mampu menampung 650 jamaah, masjid ini memiliki menara tinggi yang sangat indah dan kubah utama tepat di atas area shalat bagian tengah, ditambah dengan empat kubah kecil.

Kisah Pemberian Nama Masjid Al Jum'ah
Di dalam suatu riwayat, Ibnu Sirin menyebut bahwa suatu hari sebelum sampainya Rasulullah SAW di Madinah-ketika  berhijrah dari Mekkah ke Madinah dan sebelum turunnya QS. Al-Jum'ah (62), penduduk Madinah berkumpul disana.

Di antara mereka, yakni salah seorang dari kaum Anshar, mengajukan persoalan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani memiliki hari-hari tertentu yang mereka manfaatkan untuk berkumpul. Umat Yahudi dengan hari Sabbat (Sabtu)-nya dan umat Nasrani dengan hari Ahad (Minggu)-nya. Oleh karena itu, umat Islam menjadikan hari 'Arubah sebagai hari yang dimanfaatkan untuk berkumpul dan beribadah kepada Allah Ta'ala dan mensyukuri segenap nikmat-Nya.

Di dalam pertemuan yang pertama kali itu berlangsung di rumah As'ad ibn Zurrah, mereka mengubah nama al-'Arubah dengan nama yang baru, yaitu Al-Jum'ah (Jum’at). Untuk kepentingan pertemuan hari itu As'ad bin Zurrah, sebagai tuan rumah, menyembelih seekor kambing atau domba.

Menurut riwayat lain, sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Lisanul 'Arab, orang yang pertama kali menamakan hari  al-'Arubah tersebut dengan al-Jum'ah adalah Ka'ab bin Lu'ai.


Kemudian dengan berbagai alasan-sebagaimana yang tercantum di dalam beberapa hadits yang di antaranya diriwayatkan oleh Muslim, Malik, dan Abu Dawud, hari Jum’at, di dalam komunitas Muslim, dikenal sebagai suatu hari yang paling mulia di antara hari-hari yang lain.

Masjid Jum'ah terletak di barat daya Madinah, di dekat Wadi Ranuna', dengan jarak 700 meter utara Masjid Quba' dan 6 kilometer dari Masjid Nabawi.
 
jumrahonline