Meneladani Rasulullah, Manusia Tiada Duanya

Meneladani Rasulullah, Manusia Tiada Duanya
Alhamdulillah, pada malam hari ini saya bisa hadir di sini (Lapangan Tumapel Singosari, Malang), menyaksikan atau merasakan peristiwa yang menggetarkan hati. Tanggal lima desember yang lalu, majlis ini (Majlis Riyadul Jannah) mengadakan kegiatan yang sama di Tebuireng. Tapi sayang sekali, pada waktu itu saya harus berada di Jakarta. Alhamdulillah pada malam hari ini saya bisa berada disini, bersama bapak dan ibu sekalian.

Kita menyelenggarakan kegiatan semacam ini (majlis dzikir dan shalawat), bertujuan untuk, pertama, menghormati dan memuliakan Rasulullah SAW. Kedua, untuk mengungkapkan rasa cinta kita, rasa rindu kita kepada beliau. Ketiga, kita bisa berdoa, memohon kepada Allah SWT, dan juga kita mencoba menambah pengetahuan kita tentang keutamaan Rasulullah. Mudah-mudahan kita bisa meneladi keutaman tersebut.

Bagaimana kita memandang sosok Rasulullah dan sebagai apa kita pandang beliau. Tentu pertama sebagai utusan Allah, yang membawa risalah terakhir yang sempurna bagi umat manusia. Kedua, sebagai juru selamat, dengan memberi syafa’at kepada kita pada hari akhir. Mudah-mudahan kita mendapatkan syafa’at beliau. Ketiga, sebagai pemimpin masyarakat Madinah. Di sini Rasulullah juga menjadi pemimpinnya umat muslim, bahkan orang non-Muslim pun menjadi bawahan atau umatnya Rasulullah, bahkan mereka memandang beliau sebagai guru.

Yang berikutnya, (kelima) sebagai sumber inspirasi, ini juga berlaku untuk umat non-muslim. Keenam, sebagai bahan kajian. Banyak ahli-ahli non-muslim yang menkaji Rasulullah dengan berbagai motif, ada yang untuk mencari kelemahan, ada yang betul-betul mengagumi Rasulullah. Yang ketujuh, tentunya teladan yang baik, uswah hasanah. Ini juga berlaku untuk non-muslim. Uswah hasanah dalam peran sebagai apa? Sebagai manusia, orang tua, suami, pedagang, pendidik, pemimpin, dan lain sebagainya.

Jadi peran Rasulullah sebagai pemimpin banyak dikaji oleh orang-orang di seluruh dunia.  Saya ingin sampaikan materi-materi dari sudut pandang yang tidak banyak kita lakukan. Seorang penulis barat, pernah membuat pernyataan sebagai berikut, “Muhammad adalah sosok yang benar-benar hebat. Mengapa? Karena Muhammad lah yang menjadi perintis berdirinya hampir 100 negara, di atas prinsip, sistem, dan aturan yang dia ajarkan. Muhammad adalah arsitek bagi sekian banyak peradaban.” Itu yang ditulis oleh seorang ahli barat.

Banyak sekali tokoh non-muslim yang memberikan penghargaan dan pendapat yang senada bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh yang tidak ada duanya. Antara lain kami sebutkan, nama Mahatma Gandhi, pemimpin yang dikagumi banyak orang, beliau justru mengagumi Rasulullah. Kemudian ada seorang ilmuan Amerika, Michael H. Hart, mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh nomer satu  dalam daftar 100 orang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Peringkat kedua adalah ilmuan bernama Isaac Newton, yang menemukan teori gravitasi, sedangkan yang ketiga adalah Nabi Isa. Ada tokoh Islam lain yang mendapatkan peringkat nomer 51, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.

Di masa hidup beliau Rasulullah SAW., telah mendidik banyak panglima perang dan negarawan yang pada masa selanjutnya mampu melanjutkan dakwah Islam dengan sangat baik. Contohnya Khalid bin Walid, lalu dilanjutkan oleh Uthbah bin Nafi’, lalu dilanjutkan oleh Ahmad ibn Qois, dan selanjutnya oleh Thariq bin Ziyad. Nama Thariq bin Ziyad yang asalnya adalah budak Barbar yang kemudian memimpin pasukan Islam yang hanya berjumlah 12.000 orang mampu mengalahkan pasukan Spanyol yang hampir 100.000 orang. Rasulullah mempunyai kemampuan mampu memilih orang yang tepat pada posisi tertentu. Ja’far bin Abi Thalib dipilih untuk memimpin rombongan ke Habasyah yang berhasil dengan baik berdialog dengan Raja Najasyi. Mus’ab bin Umair dipilih Rasulullah untuk menyampaikan dakwah awal ke Madinah, karena dia memang pandai menayampaikan dakwah dengan lembut dan akhlaknya baik. Untuk menyimpan rahasia, Rasulullah menyampaikan kepada Hudzaifah bin Yaman yang memang pandai menyimpan rahasia. Rasulullah berhasil memilih orang yang tepat dalam mengurus keuangan Negara, yaitu al-Arqam bin Abil Arqam, orang yang teliti, jujur, dan memiliki pemikiran yang jauh kedepan.

Dalam peperangan menghadapi Romawi (Perang Mu’tah), dengan kekuatan berjumlah 200.000 orang, pasukan muslim hanya berjumlah 3000 orang, Nabi memilih Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang. Kalau Zaid gugur maka penggantinya adalah Ja’far bin Abi Thalib. Kalau Ja’far gugur diganti oleh Abdullah bin Rawahah. Kalau Abdullah gugur, harus dicarikan penggantinya dengan cara musyawarah, yang terpilih adalah Khalid bin Walid. Timbul pertanyaan, bagaimana mungkin dalam satu generasi, muncul begitu banyak tokoh yang genius. Bukan hanya tokoh militer yang muncul dari kalangan Islam, tapi juga menurut cendekiawan masa kini, telah lahir pada masa Rasulullah SAW para genius.

Madrasah yang didirikan Rasulullah adalah satu-satunya tempat, dimana begitu banyak individu dapat menggali banyak potensi dan kemampuan mereka secara maksimal. Siapapun yang pernah mengenyam pendidikan di madrasah ini, bisa mengasah segala potensi yang ada, baik potensi intelektual maupun potensi spiritual. Antara lain genius dalam bidang ilmu agama, kita kenal nama Abdullah bin Mas’ud yang membuat Kuffah menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di bawah bimbingannya, ratusan cendekiawan yang menguasai ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu kalam, termasuk Imam Abu Hanifah bin Nu’man. Juga ada Ibn Abbas yang mempunyai murid, yaitu Imam Malik, yang kemudian mempunyai murid Imam Syafi’i. Juga terdapat orang yang genius dalam bidang sains, misalkan al-Jabir, penemu teori al-Jabar, al-Khawarizmi, ahli matematika, Ibn Sina, ahli kedokteran, al-Zahrawi, ahli bedah, yang bukunya digunakan selama beradab-abad. Juga ada banyak sekali orang genius di dalam masalah spiritual.

Paling tidak ada sifat-sifat utama yang membuat Rasulullah mencapai keberhasilan dalam banyak bidang. Pertama sifat kasih sayang dan santun, kedua sifat Rendah hati, bukan rendah diri. Rendah hati itu merasa percaya diri tetapi bersikap tidak sombong. Kemudian sifat murah hati, pemaaf, lapang dada, sering memberikan nasihat, tegas, dan pemberani. Selain itu kepemimpinan Rasulullah juga berdasarkan pada empat aspek yang sudah sering kita kenal, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Menurut pakar kepemimpinan, semua aspek di atas dapat diringkas menjadi tiga kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal.

Pertama, integritas yang meliputi kejujuran, keberanian bersikap, dan kesederhanaan. Kedua, kemampuan yang meliputi kecerdasan, wawasan luas, dan kemampuan melimpahkan wewenang secara baik dan memantaunya. Ketiga, memiliki elektabilitas yang meliputi bobot amanah dan kepercayaan masyarakat. Kita juga mengetahui bahwa Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak kita, “Innama buitstu li utammima makarima al-akhlak.”  Menurut Siti ‘Aisyah akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Akhlak yang baik, paling tidak meliputi kejujuran, prilaku baik, rasa malu, rendah hati, murah hati, dan sabar. Apakah kita mampu meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari?

Kita lihat saja di Indonesia, banyak pemimpin yang sudah kehilangan rasa bersalah, rasa tidak tahu malu, dan rasa takutnya telah hilang. Bahkan, takut kepada Allah pun sudah hilang. Meraka hanya takut dimiskinkan. Kemudian tidak adanya sanksi sosial dari masyarakat. Kita tahu, pejabat yang sudah ketahuan korupsi, tetap dihormati oleh masyarakat. Inilah yang menurut saya harus diperbaiki. Kejujuran masyarakat kita juga menjadi masalah.

Saya ambil contoh di Jepang. Kebetulan dua tahun lalu, saya diundang oleh PCINU Jepang. Di sana ketemu dengan teman-teman Indonesia di Masjid Kyoto. Mereka mengatakan bahwa di Jepang kejujuran itu ada dan terasa. Salah satu peserta mengatakan dia pernah naik kereta api. Dia tinggal jauh, di Tokyo menempuh perjalanan satu jam setengah.  Dia turun di stasiun, kameranya tertinggal di gantungan di atas bangku kereta. Dia baru sadar waktu setelah turun dan kereta sudah jalan. Kemudian dia melapor kepada petugas kereta, bahwa kameranya tertinggal di kereta ini dan gerbong ini. Petugas kereta mengatakan, “Nanti beberapa hari lagi akan ketemu, dan  anda kembali kesini.” Dan itu betul.

Ternyata seorang wartawan asal Amerika menemukan sebuah kamar, mungkin ukuran 4×4, isinya barang-barang yang tidak bertuan, tertinggal di kereta atau di stasiun dan tidak ada yang mengaku memiliki barang itu. Kalau sudah setahun tidak ada yang mengaku, maka itu disumbangkan kepada orang-orang yang memerlukan. Lah ini pertanyaan, bagaimana kita bisa mencapai seperti itu? Padahal di Jepang kebanyakan tidak percaya kepada Tuhan. Agama Shinto itu tidak bertuhan, hanya memberikan pelajaran tentang kebaikan. Ini menjadi tantangan bagi kita semua.

Kita juga ambil contoh. Kan kita telah menyaksikan pelantikan KPK. Ada ketua KPK yang mengatakan akan memperbaiki Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Kita sekarang mencapai 34 atau 35, kalau tidak salah, menempati nomer 117 dari 175 negara. Dari 175 negara tersebut, kalau diambil 10 negara paling bawah, sembilan Negara itu adalah mayoritas berpenduduk muslim. Kalau kita ambil 10 negara paling sedikit korupsinya, adalah Negara yang mayoritas rakyatnya 80 % tidak percaya kepada Tuhan. Di sini kita temukan, tidak adanya hubungan antara beragama dengan perilaku bermasyarakat. Ini masalah kebudayaan dan ini menjadi tantangan kita bersama, supaya kedepan kita bisa memperbaiki keadaan.

Tadi saya sampaikan Rasulullah pandai memilih pembantu. Artinya, selain orang-orang itu tepat pada posisinya, mereka juga setia dan tidak berkhianat. Di Indonesia, dulu waktu Pak Harto, semua orang menghormati, tidak hanya menghormati, menghamba bahkan banyak yang cium tangan. Tapi beberapa hari sebelum Pak Harto jatuh, sebagian menterinya itu membelot, tidak mendukung Pak Harto lagi. Yang Kedua Gus Dur. Banyak orang-orang yang dijadikan “orang”, akhirnya meraka juga mengkhianati Gus Dur.

Tidak ada pemimpin yang bisa menyamai Rasulullah. Kita semua merasakan keagungan Rasulullah. Ini menjadi tantangan kita, Islam yang begitu hebat adanya, kemudian dicontohkan oleh Rasulullah dan pengikut-pengikutnya, tetapi saat ini ternyata tidak begitu baik. Dulu Islam bersatu, kecuali ada peperangan antara kelompok Sayyidina Ali dengan kelompok Siti ‘Aisyah. Tapi setelah itu bersatu lagi. Namun sekarang kita lihat, di Timur Tengah di beberapa Negara mengalami peperangan saudara. Ini yang menurut saya, harus kita perhatikan. Jangan sampai timbul hal-hal semacam itu di Indonesia. Kalau itu terjadi, kita akan mengalami keadaan yang sangat buruk. Saya ambil contoh, yang terjadi di Syiria. Penduduk Syiria itu 20 juta lebih sedikit, 20%-nya harus mengungsi ke luar negeri, yang lain menderita di dalam negeri. Mereka hijrah, tidak hanya dari Syiria, termasuk dari Afrika, yang meyoritas penduduknya muslim, hijrah ke negara-negara non-Islam, yaitu ke Eropa. Karena mereka merasa tidak aman, di negara sendiri.

Kita merasa aman di Negara sendiri. Ini yang harus kita jaga, kita pertahankan, dan kita rawat. Negara Indonesia, yang berdasarkan pada Pancasila ini, adalah negara yang baik sekali. Kalau kondisinya ada yang belum baik, kita akui dan bersama-sama akan kita perbaiki dengan cara meneladani perilaku Rasulullah SAW. yang dilandasi oleh akhlakuk karimah, yang dilandasi oleh sifat zuhud, yang tidak memandang harta lebih tinggi dari diri kita sendiri. Saat ini kalau kita lihat contoh-contoh yang ada di dalam negara kita ini, kita tidak peduli. Uswah hasanah kita adalah Rasulullah SAW. Itulah yang kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya.

tebuireng.org | Tebuireng Media Group | Januari 2, 2016

Tulisan ini adalah transkip ceramah Gus Sholah dalam acara Safari Shalawat 40 Hari Majlis Maulid wa al-Ta’lim Riyadhul Jannah  di Lapangan Tumapel, Singosari, Malang, Jawa Timur.