Riwayat Kiswah, Busana Ka'bah dari Masa ke Masa

Riwayat Kiswah 'Busana' Ka'bah Dari Masa ke Masa
Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Allah SWT memerintahkan para malaikat-Nya untuk membangun Baitullah di muka bumi dan melaksanakan thawaf disana." Peristiwa tersebut terjadi sebelum Adam AS diturunkan ke bumi.

Selanjutnya, Adam menyempurnakan bangunannya dan berthawaf disana dan diikuti oleh para nabi setelahnya. Kemudian, pembangunan Baitullah itu dilaksanakan kembali dan disempurnakan oleh Ibrahim AS bersama putranya, Ismail AS”

Penjelasan ini berdasarkan keterangan AlQuran surah Al-Baqarah [2] ayat 127 dan surah Al-Hajj [22] ayat 26. "Dan, ingatlah ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), "Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 127).


Dari keterangan ini, jelaslah bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah adalah Nabi Adam AS. Dan, yang menyempurnakan pembangunan Ka’bah dengan memasang atau meninggikan pondasinya adalah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Pemakaian Kiswah pada Baitullah (Ka'bah) Kiswah yang artinya adalah pakaian, selanjutnya kata tersebut digunakan untuk menyebut kain penutup Ka'bah.

Dalam sejarahnya, Kabah diberi kiswah sejak jaman Ismail AS. Namun, tidak ada catatan yang mengisahkan kiswah pada masa itu terbuat dari apa dan berwarna apa. Baru pada masa kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, disebutkan kiswah yang melindungi Ka’bah dibuat dari kain tenun.

Kebijakan Raja Himyar untuk memasang kiswah sesuai tradisi Arab yang berkembang sejak jaman Ismail AS dan dilanjutkan oleh para penerusnya. Sebagaimana disebutkan Muhammad bin Ishaq yang mengatakan, “Banyak Ulama’ menceritakan kepadaku, bahwa orang yang pertama kali memberi kiswah pada ka'bah adalah Tuba' As'ad al-Himyar."

Suatu ketika, dia bermimpi memasang kiswah Ka'bah, dan dia pun menutupi Ka'bah dengan al-Antha', yakni sebuah permadani yang terbuat dari kulit. Kemudian dia kembali bermimpi, mengenakan kiswah untuk Ka'bah, dan dia pun memasangnya menggunakan Al-Washayil, yakni kain berwarna merah, bergaris, buatan Yaman."(al-Azraqi, Akhbar Makkah, Mauqi' Jami' al-Hadits, 1/301)

Di Jaman Jahiliyah

Setelah masa Kerajaan Himyar, orang-orang di jaman jahililyah bergantian memasang kiswah. Mereka diperbolehkan memasang kiswah kapan saja dengan bahan apa saja.

Di antara jenis kain yang pernah digunakan untuk kiswah adalah al-Kasf (kain tebal), al-Ma'afir (kain buatan daerah Ma'afir), al- Mala' (kain halus, tipis), al-Washayil dan al-'Ashb, yang keduanya merupakan kain buatan Yaman yang ditenun dengan bambu.

Pada masa Qusay bin Kilab, salah seorang leluhur Rasulullah yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Ka'bah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy. Mereka mewajibkan setiap kabilah untuk menanggung biaya pengadaan kiswah sesuai kemampuan masing-masing.

Sampai akhirnya datang Abu Rabi'ah bin al-Mughirah, dengan kekayaannya, dia sendiri yang menanggung biaya kiswah. Bahkan di saat kaum Quraisy sedang ditimpa paceklik. Karena itu, masyarakat arab menyebutnya dengan al-Adl (sepadan).

Karena jasa dia memasang kiswah telah sepadan dan menyamai amanah memasang kiswah yang menjadi tanggung jawab orang Quraisy. Untuk selanjutnya, keturunan Abu Rabi'ah diberi nama Bani al-Adl. (al-Azraqi, Akhbar Makkah, Mauqi' Jami' al-Hadis, 1/306).

Orang yang pertama kali memberi kiswah dengan kain sutera adalah Nutailah binti Janab, Ibunya Sayyidina ‘Abbas bin Abdul Muthalib.

Kiswah Ka'bah Setelah Datangnya Islam
Pada masa Rasulullah berada di Mekkah, Ia dan para sahabat tidak memberikan kiswah untuk Ka'bah. Itu terjadi pada masa sebelum penaklukan kota Mekkah. Karena kaum Quraisy tidak mengijinkannya.

Setelah fathul Mekkah pun Rasulullah tidak mengganti kain kiswah yang menempel di Ka'bah, hingga kiswah tersebut terbakar karena seorang wanita yang ingin mengasapi kiswah dengan wewangian. Kemudian Nabi SAW menggantinya dengan kain buatan dari Yaman.

Pada masa Khulafa al-Rasyidin; Abu Bakr RA, Umar RA, dan Utsman RA, mereka memasang kiswah dari kain Qabathi (kain kapas, halus berwarna putih buatan Mesir). Pada masa Bani Umayyah, Khalifah Muawiyah RA, mengganti kiswah dua kali dalam setahun. Di hari 'Asyura dipasang dengan kain sutra dan di akhir Ramadhan dipasang dengan kain Qabathi.

Di masa Yazid bin Muawiyah, Abdullah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan, kiswah dipasang dua kali dalam setahun dengan bahan dari sutra. Kiswah pertama dipasang dalam keadaan digulung dan dijahit. Kiswah ini dipasang pada hari tarwiyah.

Tujuannya agar tidak disobek oleh jamaah haji. Kiswah kedua dipasang tanpa digulung, pada hari 'Asyura, setelah jamaah haji meninggalkan kota Mekkah. Kemudian dilepas pada 27 Ramadhan, dan diganti dengan kain Qubathi untuk menyambut Idul Fitri.

Di masa Khalifah al-Makmun, kiswah dipasang sebanyak empat lapis. Di lapis yang keempat Ia menggunakan kain warna putih. Menurut catatan sejarah, kiswah tidak selalu berwarna hitam pekat seperti saat ini. Kiswah pertama yang dibuat dari kain tenun dari Yaman justru berwarna merah dan berlajur-lajur.

Sedangkan pada masa Khalifah Makmun ar-Rasyid, kiswah dibuat dengan warna dasar putih. Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Nasir dari Bani Abbasiyah (sekitar abad 16 M) dan kiswah juga pernah dibuat berwarna kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin.

Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya mengusik benak Kalifah al-Mamun, hingga akhirnya diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu yaitu hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.

Pada tahun 810 H, dibuat kain penutup yang bermotif ukiran, dipasang di bagian luar Ka'bah, yang dinamakan al-Burq. Pembuatan dan pemasangan kain ini sempat dihentikan antara tahun 816 H - 818 H, dan baru dibuat serta dijadikan kiswah kembali tahun 819 H hingga sekarang.

Kiswah Ka'bah Hingga Saat Ini

Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman ‘Ali Su'ud mendirikan pabrik untuk pembuatan kiswah Ka'bah di Mekkah, dan menyediakan seluruh kebutuhan pembangunan. Proyek ini dilanjutkan putranya, Raja Faisal bin Abdul Aziz.

Dia memperbarui pabrik pembuatan kiswah, dan membangun gedung baru di daerah Ummul Jud Mekkah al Mukarramah. Pabrik kiswah ini dilengkapi peralatan modern untuk mencetak kain tenun dengan mempertahankan corak kerajinan tangan.

Di pabrik itu, kiswah dibuat secara massal. Semuanya disiapkan dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutera, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, lalu penjahitan akhir.

Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalallah, La Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah. Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.

Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan dengan haji dan Kabah juga asma-asma Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat terkena cahaya matahari. 


jumrahonline | jumrah.com