Banyak analisa yang berkembang pasca insiden Mina yang hingga kini telah memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Lalu mengapa terjadi musibah yang amat memilukan ini? Ada beberapa benang merah yang coba saya himpun, ini baru analisa pribadi.
Setelah kejadian tersebut yang lantang memojokkan Saudi adalah Iran, resmi dari para pemimpinnya, jangan tanya dengan para pengikutnya, termasuk di Indonesia
Sebenarnya wajar sekali Saudi dikritik, tapi nada mereka sangat terkesan unsur ‘syamatah’…. bahasa kita adalah ‘rasain lu’... ‘makan tuh’
Yang rame juga kaum liberalis, mereka dapat amunisi besar untuk pojokkan Saudi. Mereka lupa, konser musik yang cuma puluhan ribu sering terjadi insiden.
Sangat besar kemungkinan, insiden ini by design (telah dirancang), ada yang siap membuat masalah, dan sudah disiapkan pula statement politiknya
Membaca beberapa berita yang masuk dan info dari kawan-kawan, besar kemungkinan, kaum syiah bermain.
Jamaah haji Iran termasuk jamaah haji terbesar jumlahnya, bahkan mungkin yang pertama atau kedua setelah Indonesia
Laporan media: Insiden terjadi berbarengan mengalirnya gelombang jamaah haji asal Iran dalam jumlah sangat besar (http://sabq.org/aWHgde)
Ada saksi mata yang laporkan, jamaah haji Iran kembali dari jamarat melalui jalan yang sama, seharusnya melalui jalur lain. Tentu saja arus mereka berlawanan dan bentrok dengan arus jamaah yang hendak berangkat ke Mina untuk melontar jumrah, terjadilah insiden tersabut.
Beberapa data menguatkn hal ini, lokasi kemah jamaah Iran berada di belakang TKP. Maka praktis TKP menjadi jalur pergi pulang jamaah Iran dan jamaah warga Arab serta warga Asia selatan.
Kemudian, dari data sementara korban yang saya dapatkan, jamaah haji Iran paling banyak jumlahnya
Kita tahu, kondisi politik Iran dan Saudi sedang panas-panasnya. Pasukan koalisi sedang bergerak rebut ibu kota Yaman yang dikuasai houthi dukungn Iran
Jelas ada kepentingan besar untuk jatuhkan Saudi di mata internasional. Merekayasa insiden haji adalah hal yang cukup efektif.
Secara idiologis, hari kesepuluh Zulhijjah memiliki arti tersendiri bagi kaum Syiah . Apa itu?
Kita tentu tahu catatan dalam sirah, tahun 8 H turun perintah haji, lalu tahun 9 H Rasulullah saw utus Abu Bakar dan para sahabatnya pergi haji
Rasulullah saw sendiri belum pergi haji pada tahun terssbut, beliau baru pergi haji tahun ke 10nya. Tahun ke-9 beliau sibuk terima delegsi dari berbagai suku.
Makanya tahun itu disebut Aamul wufuud, tahun datangnya berbagai delegasi dari berbagai suku Arab untuk bertanya tentang Islam.
Selain itu, Rasulullah saw tidak pergi haji pada tahun itu, karena masih ada orang musyrik yang pergi haji dan masih ada yg thawaf telanjang
Jangan heran, dalam masyarakat Arab Jahiliyah, juga dikenal ibadah haji, sisa-sisa peninggalan ajaran Nabi Ibrahim, tetapi dengan sejumlah penyimpangan. Di antaranya adalah kalau tawaf, mereka telanjang, katanya biar total ibadahnya.
Abu Bakar Rasulullah saw perintahkan bersama sejumlah sahabat, untuk umumkan dua perkara penting; Pertama, setelah tahun ini tidak boleh ada lagi orang musyrik yang pergi haji. Kedua; Tidak boleh lagi ada yg tawaf dalam keadaan telanjang.
Pada saat itu turunlah surat Al-Baroah, nama lain surat attaubah, yg isinya membatalkan semua perjanjian dg kaum musyrikin Arab ketika itu
Kesimpulannya, pada hari kesepuluh Zulhijjah, pada hari Nahr atau Idul Adha, Abu Bakar asshidiq umumkan di Mina keputusan Nabi terssbut.
Dengan demikian, sejak saat itu, riwayat kemusyrikan dan prakteknya tamat dari tanah suci Mekah. Lalu tahun depannya Nabi pergi haji.
Apa kaitannya pengumuman yang disampaikan Abu Bakar tadi dengan orang-orang Syiah? Mereka berpendapat yang berhak mengumumkan itu seharusnya Ali.
Versi mereka, ini sudah menyangkut masalah kenegaraan, dan Ali ra bagi syiah adalah pemilik sah kekhalifahan setelah Rasulullah saw. Kejadian ini bagi mereka memperpanjang bukti, Abu Bakar ‘merampas’ wewenang Ali.
Maka permusuhan mereka terhadap Abu Bakar menjadi-jadi, lalu moment 10 Dzulhijjah bagi jamaah haji syiah sering digunakan kesempatn muzoharoh, demonstrasi. Mereka menyebutnya sebagai muzoharoh baro’ah, demontrasi untuk berlepas diri dari kemusyrikan.
Tapi hakekatnya adalah pengagungan terhadap Ali dan Husain. Sedangkan baro’ahnya adalah kepada Abu Bakar, Umar dan kaum suni yg mereka sebut nawasib. Talbiahnya pun bukan Labbaika Allahumma labbaik, tapi labbaika yaa Husein.
Beberapa tahun lalu, rombongan mereka dalam jumlah besar di Mina, mengangkat panji-panji besar, persis demonstrasi.
Yel-yelnya ketika itu adalah ‘Al-Maut Li Amrika’ Mampuslah amerika. Saat itu Amerika masih jadi setan besar bagi Syiah.
Beberapa benang merah inilah yang mendasari kesimpulan bahwa sedikit atau banyak, ada faktor kesengajaan kaum syiah dalam insiden ini.
Hal ini tidak menutup mata kemungkinan adanya kelalaian dari pihak penyelenggara haji, Saudi. Tapi juga jangan menutup mata atas usaha keras mereka.
Masukan harus disampaikan secara utuh dan terpadu, bagus juga jika dibuatkan tim pencari faktanya di antara negara Islam.
Isunya insiden karena adanya rombongan Raja Salman atau pangeran, itu mustahil. Untuk apa Raja Salman blusukan ke sana saat-saat padat.
Kalau mereka mau melontar, ada ruangan bawah tanah jamarat, khusus untuk pejabat dan tamu-tamu khusus.
Ini bukan analisa karena kebencian, atau mencari-cari alasan. Jujur saja, insiden ini sangat tidak normal.
dakwatuna.com
tahukah anda
Opini: Benarkah Insiden Mina By Design?
Banyak analisa yang berkembang pasca insiden Mina yang hingga kini telah memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Lalu mengapa terjadi musibah yang amat memilukan ini? Ada beberapa benang merah yang coba saya himpun, ini baru analisa pribadi.