Kilas Balik: Proyek Ambisius di Tanah Kudus

Juni 2008, Suara klakson truk-truk pengangkut material bangunan membelah ratusan jamaah yang bergegas menuju Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, suatu siang di penghujung Juni lalu. Di tengah sengatan matahari gurun sepanas 44 derajat celsius, para jamaah menepi sembari menutup hidung. Mereka terkepung kepulan debu pekat dari roda truk yang menjejak tanah tak rata akibat reruntuhan gedung.

Pada Juni 2008 itu suara-suara klakson truk-truk pengangkut material bangunan membelah ratusan jamaah yang bergegas menuju Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, suatu siang di penghujung Juni lalu. Di tengah sengatan matahari gurun sepanas 44 derajat celsius, para jamaah menepi sembari menutup hidung. Mereka terkepung kepulan debu pekat dari roda truk yang menjejak tanah tak rata akibat reruntuhan gedung.

Mobil pemadam kebakaran terlihat beberapa kali menyemprotkan air untuk mengurangi debu. Tapi upaya itu malah membuat sebagian jamaah yang berasal dari Indonesia ekstra hati-hati. "Awas kubangan, lompat sedikit, ya, Bu," seru seorang jamaah perempuan sambil memegang erat lengan sang bunda yang sudah berusia lanjut. Selamat dari kubangan, mereka masih berusaha agar tak tersandung pada bongkahan besar-kecil rongsokan bangunan.


Belasan ribu bangunan hotel, rumah, toko, dan kantor yang dulu memenuhi sisi barat daya hingga utara Masjidil Haram, kini nyaris rata dengan tanah. Suasana di lokasi seluas 230.000 meter persegi itu semrawut. Persis seperti zona perang. Bukit-bukit reruntuhan bangunan menyembul sepanjang tebaran mata. Beberapa gedung masih tegak berdiri, tapi nyaris tanpa dinding.

Ratusan truk, buldozer, dan crane milik kontraktor Saudi bin Laden terlihat hilir mudik. Sedangkan mesin-mesin pengungkit raksasa menjulang di angkasa, di sekeliling bangunan dan menara Masjidil Haram yang terbungkus kerangka besi. Semua ini membuat tampilan anggun masjid terluas di dunia itu seperti dalam kartu pos sama sekali tak terlihat.


Renovasi besar-besaran itu mulai berderap di Mei 2008 atas perintah Abdullah, selaku Penjaga Dua Kota Suci (Khadimul Haramain). Raja Abdullah ingin menambah 35% kapasitas Masjidil Haram. Pada saat ini, masjid seluas 356.000 meter persegi itu mampu menampung hingga 2 juta jamaah di dalam dan di halaman.

Proyek pengembangan keempat itu bisa dibilang yang terbesar. Menurut data dari Kementerian Urusan Kota dan Desa, yang dipublikasikan kantor berita KPA, Pemerintah Arab Saudi akan memperluas halaman masjid, membangun tempat parkir, dan memperluas lokasi sa’i antara Bukit Shafa dan Marwah menjadi tiga tingkat.

Pembangunan intensif juga terjadi di Armuna (Arafah, Musdalifah dan
Mina) yang menjadi rangkaian tempat pelaksanaan ibadah haji. Tempat pelemparan jumrah ditata ulang demi keamanan jamaah. Jaringan transportasi subway juga akan dibangun mulai seputar Masjidil Haram hingga Arafah.
.
Proyek paling ambisius yang diperkirakan baru tuntas tahun 2020 itu bakal menyerap dana hingga US$ 100 milyar (Rp 920 trilyun). Besarnya dana yang luar biasa ini mencakup pembangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel-hotel baru di Mekkah.

Sumber pendanaannya beragam, dari asing hingga dana internal Saudi yang tengah menikmati berkah melambungnya harga minyak dunia, yang nyaris menyentuh US$ 150 per barel. Meski proyek itu tergolong amat besar, para investor sama sekali tak ragu menanamkan modalnya. 


"Bagi mereka, tempat ini adalah safe haven yang menjanjikan keuntungan besar. Musim haji dan umrah rutin berjalan tiap tahun, dengan jumlah muslim dunia yang terus bertambah,” kata Imad Awad, Head of Equity Capital Markets NBD Investment Bank.

Setiap tahun, jumlah jamaah haji mencapai 4 juta orang, plus belasan juta jamaah umrah. Selama lima tahun mendatang, jumlahnya meningkat hingga 10% setiap tahun. Data Kadin Mekkah menyebutkan, tahun lalu, belanja para jamaah haji dan umrah mencapai 10 milyar riyal (Rp 25 trilyun) di Mekkah saja.

Kehadiran 15-an juta jamaah itu tentu saja membutuhkan akomodasi tempat tinggal serta kesempatan beribadah yang nyaman dan memadai. Inilah salah satu landasan utama Raja Abdullah menggelar renovasi dan perluasan Masjidil Haram dan seluruh lokasi ibadah haji lainnya. Menurut Fahas bin Al-Jarboa, Wakil Sekretaris Jenderal Supreme Commission for Tourism in Saudi Arabia, megaproyek itu bakal mengubah seluruh kawasan seputar Masjidil Haram. "Kami berharap, ini juga akan mengubah Mekkah secara dramatis," kata Fahas.


FANTASTIS, karena pembersihan kawasan sekitar Masjidil Haram tak segan meruntuhkan bangunan megah hotel bintang lima dan empat sekalipun. Mulai Hotel Sheraton, Hotel Sofitel, Hotel Qurtuba, Hotel Zahret, Hotel Darkum, Hotel Talal, Hotel Firdaus Umrah, hingga Hotel Firdaus Mekkah, semuanya akan diratakan dengan tanah. Hotel-hotel ini, bersama bangunan perumahan lainnya, masuk areal seluas 587.250 meter persegi di seluruh Mekkah yang harus ditata ulang.

Jika ditotal, renovasi Masjidil Haram dan kota Mekkah dijalankan lewat 973 proyek baru. Terbagi menjadi beberapa wilayah, seperti 85 proyek di wilayah Syamiyah yang terletak di sisi barat laut hingga utara Masjidil Haram. Kawasan ini akan dipenuhi hotel bintang lima, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan restoran.

Di sisi barat Masjidil Haram yang meliputi kawasan Jabal Umar dan Jabal Ka’bah dibangun hal serupa. Plus stasiun kereta api induk, areal parkir yang mampu memuat 12.000 mobil, pasar, dan fasilitas umum lainnya. Sebuah terowongan sepanjang 1.000 meter akan dibangun menembus Jabal Umar dan menyambung ke Jalan Ummul Qura.

Di sisi tenggara dan selatan, yang mencakup kawasan Jabal Khandama, dibangun hunian untuk menampung 240.000 orang. Salah satu proyek terbesar di kawasan ini adalah Abraj al-Bait. Proyek pembangunan tujuh menara pencakar langit ini selesai tahun depan dan sanggup menampung 65.000 orang. Di kawasan ini juga dibuat jalur pejalan kaki menuju Masjidil Haram, yang terhubung dengan dua jalan utama.

Meski perombakan besar-besaran kali ini diiringi dengan pembangunan fasilitas angkutan massal dan pelayanan publik lainnya, bagi sebagian ahli sejarah dan tata kota, perubahannya terlalu besar. 


Salah satu pihak yang keberatan adalah Sami Angawi, arsitek dan pendiri Centre for the Custodian of the two Holy Mosques Institute for Hajj Research. Sami menilai, mereka tengah menyaksikan detik-detik terakhir Mekkah tampak seperti pada saat diciptakan Tuhan dengan lanskap dan gunung-gunungnya.

Pemerintah Saudi ingin meratakan gunung-gunung di Mekkah supaya lebih banyak lahan datar. “Mestinya lanskap kota Mekkah tradisional tetap dipertahankan. Jangan hanya memikirkan bagaimana menampung sebanyak mungkin orang dan seberapa banyak uang yang bisa diperoleh,” ujar Sami.

Beberapa pihak lain menyayangkan pembangunan gedung pencakar langit di sekitar Masjidil Haram itu. Sebab gedung pencakar langit itu akan menutupi pandangan dari Ka’bah dan landmark di sekelilingnya. Kondisi ini akan menghilangkan keseimbangan letak Masjidil Haram, yang secara filosofis dipandang sebagai contoh pusat keseimbangan dunia. 


"Alasan mereka bisa dipahami. Tapi, di sisi lain, kita butuh tempat untuk menampung jamaah,” kata Lahem al-Nasser, seorang ahli perbankan Islam yang mendukung megaproyek perluasan Masjidil Haram itu.

Megaproyek ini juga memicu kenaikan harga properti di Mekkah. Kini harga tanah mencapai 250.000 riyal (Rp 625 juta) per meter persegi di kawasan sekitar Masjidil Haram. Nyaris dua kali lipat dari harga tanah di Monako, negara yang selama ini memiliki kawasan real estate paling mahal menurut data Global Property Guide. 


"Malah para pengembang mengira, harga tanah akan naik empat kali lipat hingga 1 juta riyal (Rp 2,5 milyar) per meter,” ujar Imad Awad. Harga tanah yang paling mahal ini terletak di area yang bisa melihat langsung pemandangan Ka’bah.
(Arsip Gatra, 29 September 2008)