Kiat Haji Mabrur ala KH Hasyim Muzadi

Dalam waktu dekat, musim berhaji akan tiba, dan setiap muslim pasti ingin menunaikan rukun Islam ke-5 tersebut. Tahun ini ada 168.000 jamaah dari Indonesia akan berangkat ke tanah suci di Arab Saudi.

Dalam waktu dekat, musim berhaji akan tiba, dan setiap muslim pasti ingin menunaikan rukun Islam ke-5 tersebut. Tahun ini ada 168.000 jamaah dari Indonesia akan berangkat ke tanah suci di Arab Saudi.

Namun, seperti yang dikemukan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam (Malang, Jawa Timur), KH Hasyim Muzadi, tidak semua yang berangkat ke tanah suci bisa mendapatkan hikmah dan berkah berhaji.


"Haji adalah gabungan dari masalah hubungan kita kepada Allah dan hubungan kita kepada manusia,” katanya di hadapan 806 calon petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Tahun 2015 di Jakarta, pekan ini.

Menurut kyai yang mengenyam pendidikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang itu, untuk merasakan kenikmatan beribadah di tanah suci dan menunaikan ibadah haji, serta kembali ke tanah air menjadi haji yang mabrur tidaklah mudah.

Untuk itu, diperlukan persiapan tidak hanya fisik, mental, tapi juga amalan yang dilakukan sebelum, selama di tanah suci, dan pasca berhaji. “Tata hati kita sebelum berhaji,” ujar mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) itu mengungkapkan kiat mendapatkan haji yang mabrur.

Menurut dia, penataan hati dalam menyambut ibadah terbesar dalam rukun Islam itu sangat penting agar ibadah di tanah suci terasa dalam kejiwaan.

"Jadi orang yang mau berhaji harus mulai ancang-ancang lengkapi sholatnya, laksanakan kewajiban terhadap Allah, perbaiki hubungan antarmanusia, dan perbanyak sunah," katanya.

Hasyim Muzadi yang juga pernah menjadi Amirul Hajj mengatakan orang-orang yang berproses menuju Allah itu akan digampangkan urusannya. Selain itu, mereka yang berhaji hendaknya mengikuti manasik agar paham rukun haji dan hukum agama. Ia menyebutnya penataan dan pelaksanaan hukum haji.

"Kalau kita tidak mengerti (hukum haji) sengsara," kata kyai kelahiran Bangilan, Tuban, Jawa Timur, pada 8 Agustus 1944 itu.

Ia memiliki pengalaman ada jamaah yang mubazir ibadahnya, seperti melakukan Sai (berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah) melebihi tujuh putaran.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah persiapan peralatan dan perlengkapan haji, agar ibadah berjalan lancar.

.
Kyai juga mengingatkan agar agar rezeki yang dipakai maupun selama berhaji adalah rezeki yang halal.


Menurut dia, kalau uang yang dibawanya haram, rezeki yang diperolehnya dari jalan tidak halal, maka hikmah ibadahnya akan berbeda.

"Tanda kemabruran haji itu adalah peningkatan kualitas keberagamaannya dan sikap sosial kemasyarakatannya," ujar anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu.

jumrahonline